Review Novel Pulang Tere Liye
REVIEW
NOVEL PULANG
Tere
Liye
Penerbit : Republika Penerbit
Halaman : 400 hlm
Harga : Rp. 75.000
ISBN : 9786020822129
Novel Pulang |
“Akan kuceritakan semuanya agar kalian mengerti. Inilah hidupku, dan aku tidak peduli apa pun penilaian kalian. Toh, aku hidup bukan untuk membahagiakan orang lain, apalagi menghabiskan waktu mendengar komentar mereka.” (hal. 1)
Ada yang sudah pernah baca atau mungkin dengar kutipan
di atas? Yap, tidak salah lagi itu adalah salah satu kutipan yang ada di Novel Pulang.
Banyak kutipan dari novel karya Tere Liye yang menjadi favorit banyak orang. Salah
satunya ya ada di Novel Pulang ini.
TIME TO REVIEW
Isi
Pulang yang kali ini bukanlah pulang dengan perjalanan seperti pada umumnya. Sebab pulang kali ini adalah petualangan yang sangat berkesan melewati pertarungan demi pertarungan, yang tidak akan pernah terbayangkan oleh si tokoh utama di buku ini.
Namanya Bujang, usia lima belas tahun. Lahir dan besar di kampung pedalaman Sumatra, bersama bapaknya yang bernama Samad, seorang mantan jagal terkemuka yang meninggalkan masa lalu hitamnya. Mamaknya sendiri bernama Midah, seorang keturunan pemuka agama.
Bermula saat Tauke Muda (teman bapaknya), menginjakkan kaki di tanah kelahiran Bujang. Tauke Muda datang dengan satu rombongannya, datang dari kota untuk melakukan perburuan besar-besaran. Mereka akan memburu babi hutan yang akhir-akhir ini berhasil meresahkan warga di kampung.
Terlepas dari Bujang yang mengikuti perburuan hebat itu. Bujang yang tidak tahu bahwa bapaknya Samad ini punya sejarah hitam. Yang akhirnya memberikan pengaruh kepadanya, membuat dia harus ikut Tauke Muda ke kota menjadi bagian dari Kelurga Tong, keluarga yang dipimpin oleh Tauke Muda.
Cerita berlanjut ke bagaimana Bujang mengerti apa itu konsep shadow economy, juga cerita mengenai proses Bujang menjadi “penyelesai masalah” nomer satu di Keluarga Tong. Kita diperkenalkan dengan beberapa karakter yang selama ini membantu dan menjadi guru bagi Bujang, dari mulai bidang akademis, menembak, pertarungan tangan kosong, hingga teknik beladiri dari jepang lengkap dengan senjatanya juga dipelajari.
Setelah dua puluh tahun, dibawah asuhan Tauke Muda, Bujang telah tumbuh menjadi pemuda yang gagah, jenius, kuat, dan tidak mengenal rasa takut. Bujang telah hebat, dia diberi julukan Si Babi Hutan. Menjadi bagian dari Keluarga Tong, salah satu keluarga penguasa shadow economy.
Selain menceritakan bagian masa lalu itu, disini juga secara bersamaan menceritakan kejadian yang sekarang, dimana ada konflik antar penguasa shadow economy yang harus di selesaikan oleh Bujang. Bukan hanya masalah dari luar ternyata ada konflik lain yang ternyata muncul dari dalam, dan mengancam Keluarga Tong ini.
Pengkhianatan, pertarungan, bagaimana Bujang akhirnya memeluk semua kebencian dan rasa sakit, semuanya membuat emosi pembaca dibawa naik turun tidak karuan, seru sekali. Akhir ceritanya juga tidak terduga. Kalau kalian mau tahu bagaimana keseruan dan akhir cerita buku ini, kalian bisa baca bukunya langsung ya.
Promo Spesial Cover Lama Novel Pulang🠉🠉🠉
Poin-poin penting
1. Kalau dilihat dari plot aku suka banget, alurnya maju mundur tapi temponya terjaga. Naik turun dari cepet ke lambat, karena ini selang seling di mulai dari nyeritain masa lalu kemudian masa saat ini, kita jadi penasaran buat baca kelanjutannya. Plot twist di akhir cerita juga menarik, tidak terduga-duga.
2. Tema penguasa shadow economy, dikemas dengan aksi-aksi seru, konsep yang baru buat aku.
3. Untuk karakter Bujang sendiri sangat menarik , terlebih dengan penggunaan sudut pandang orang pertama, membuat pembaca dengan mudah masuk ke dalam cerita. Dan barangkali, dikarenakan Tere Liye menuliskan karakter Bujang dengan karakter yang hampir mencapai sempurna, membuat perempuan bisa langsung jatuh cinta ke tokoh Bujang ini.
4. Sekali pun mengusung genre aksi namun memiliki nilai tambahan untuk bagian komedinya, terlebih pada bagian saat Bujang bersama si kembar Yuki dan Kiko. Kocak bukan main.
5. Untuk kekurangan sedikit sulit diungkapkan, tapi memang ada pada istilah-istilah yang digunakan baik dalam konteks ekonomi juga persenjataan sedikit sulit dipahami oleh orang awam termasuk aku.
"Semua orang punya masa lalu, dan itu bukan urusan siapa pun. Urus saja masa lalu masing-masing. " (hal. 101)
"Inilah hidupku, dan aku tidak peduli apa pun penilaian kalian. Toh, aku hidup bukan untuk membahagiakan orang lain, apalagi menghabiskan waktu mendengar komentar kalian." (hal. 1)
"Tapi sungguh, jangan dilawan semua hari-hari menyakitkan itu, Nak. Jangan pernah kau lawan. Karena kau pasti kalah. Mau semuak apa pun kau dengan hari-hari itu, matahari akan tetap terbit indah seperti yang kita lihat sekarang. Mau sejijik apa pun kau dengan hari-hari itu, matahari akan tetap memenuhi janjinya, terbit dan terbit lagi tanpa peduli apa perasaanmu. Kau keliru sekali jika berusaha melawannya, membencinya, itu tidak pernah menyelesaikan masalah." (hal. 339)
"Ketahuilah, Nak, hidup ini tidak pernah tentang mengalahkan siapa pun. Hidup ini hanya tentang kedamaian di hatimu. Saat kau mampu berdamai, maka saat itulah kau telah memenangkan seluruh pertempuran." (hal. 340)
“ Kau harus mengalahkan banyak hal. Bukan musuh-musuhmu, tapi diri sendiri." (hal. 387)
"Saat itu terjadi, kau telah pulang, Bujang. Pulang pada hakikat kehidupan. Pulang, memeluk erat semua kesedihan dan kegembiraan." (hal. 388)