Ads

Review : Buku The Life-Changing Magic of Tidying Up”; Seni Beres-Beres dan Metode Merapikan ala Jepang

REVIEW BUKU 

“The Life-Changing Magic of Tidying Up” 

(Seni Beres-Beres dan Metode Merapikan ala Jepang)

Marie Kondo

revie buku konmari
Buku The Life-Changing Magic of Tidying Up


Judul Asli : Jinsei Ga Tokimeku Katazuke No Maho

Penulis: Marie Kondo

Penerjemah: Reni Indardini

Penerbit: Bentang

ISBN: 978-602-291-244-6

Tebal: 206 halaman

Tahun Terbit: September 2016

Cetakan: Kedua belas

Harga : Rp. 64.000

"Kehidupan menjadi jauh lebih enteng begitu kita tahu bahwa situasi masih bisa berjalan mulus sekalipun kita kekurangan sesuatu." (halaman 180)


Buku ini dibeli tahun 2018 karena penasaran. Baru berani di baca ulang sekaligus dipraktekan langsung di tahun 2021 ini. Entahlah, dulu masih khawatir melakukan beberapa hal yang ada di buku ini. 

Semakin ke sini semakin tersadarkan untuk hidup minimalis seperti yang di ajarkan dalam buku ini. Rasa-rasanya hidup sudah semakin terlalu banyak mengeluarkan uang untuk hal yang sedang trend saja hem. 

Waktunya untuk bisa menata lagi kehidupan yang lebih baik. Metode Konmari ini menemaniku untuk merubah itu semua. Kamu penasaran apa itu metode Konmari? Stay tune this review!!!


TIME TO REVIEW


"Bukan sekedar bicara tentang membuang atau menata barang, buku ini bahkan bisa mengubah hidup Anda."

-Dee Lestari, penulis

Isi

Setelah membaca buku ini aku jadi paham, bahwa menimbun barang terlalu lama bisa jadi sebuah penyakit.  Khususnya barang-barang yang keberadaanya tidak membangkitkan kebahagiaan. Buku yang memberikan metode, langkah untuk beres-beres rumah. Ya benar, kamu tidak salah baca, beres-beres rumah. Terdengar sederhana buatmu? 

"Salah satu keajaiban berbenah adalah membuat kita percaya diri akan kemampuan kita dalam mengambil keputusan." (halaman 171)

Awalnya aku juga beranggapan, kenapa beres-beres saja butuh seninya? Apa susahnya merapikan barang-barang di rumah seperti biasa(meletakan barang-barang yang berserekan ke tempatnya kembali, berulang setiap hari). Tapi, justru karena penasaran itulah akhirnya aku membaca buku ini. Dan ternyata, ahhh rasanya benar-benar dibuat IYA juga yah. Kenapa harus menyimpan barang yang tidak membangkitkan rasa bahagia, terus-menerus? 

"Jika Anda menyimpannya karena tidak bisa melupakan mantan pacar, mending barang itu dibuang atau disumbangkan. Kalau Anda bersikukuh menyimpannya, bisa-bisa Anda melewatkan kesempatan untuk menjalin hubungan baru. Yang harus kita hargai baik-baik bukanlah kenangan, melainkan diri kita yang sekarang. Pelajaran inilah yang mesti kita petik saat menyortir kenang-kenangan. Tempat yang kita tinggali saat ini adalah untuk diri kita yang sekarang, bukan diri kita yang ada pada masa lalu." (halaman 111)

Auto sadar dan pengin buru-buru praktekin yang ada di buku. Sekarang masih dalam proses untuk bisa melakukan nya. Yang membuat proses beres-beres ku jadi butuh waktu lama, sebenarnya adalah tentang menentukan dimana seharusnya meletakan barang, tanpa harus membeli barang lain sebagai wadahnya. 

"Mengikhlaskan justru lebih penting daripada menambah." (halaman 169)

Jadi ngerasa kayak bener juga ya ini buku, memang adanya hidup ini harus dipenuhi dengan rasa syukur. Syukur dengan apa yang kita miliki, juga Qanaah (merasa cukup). Dalam islam, sifat-sifat ini sudah diajarkan. 

Mungkin ya karena era yang semakin maju ini, adakalanya membuat banyak manusia jadi lebih konsumtif. Terbawa arus trend dan lain sebagainya, sehingga akhirnya malah membeli yang seharusnya tidak perlu-perlu banget sebenarnya. 

Jadi inget, kata Raditya Dika di Youtube nya, tentang Tips Mengatur Uang. 

"Beli barang untuk diri sendiri. Beli barang yang buat kita happy, bukan karena mau impres oranglain."

Kutipan

"Kita tidak bisa mengubah kebiasaan jika cara pikir kita belum berubah" (halaman 7)

"Keengganan kita untuk membuang barang tertentu sejatinya hanya berakar pada dua penyebab: keterikatan pada masa lalu atau kecemasan akan masa depan." (halaman 174)


Kelebihan

Buku ini berhasil membuat aku ingin terus membaca kelanjutanya, dijelaskan dengan detail dan penuh makna. Segala pertanyaan di benak terjawabkan langsung di masing-masing bab nya, cakep sekali.

"Berbenah adalah sarana, bukan tujuan." (halaman 14)

Kekurangan

Ada beberapa yang sekiranya masih terasa kaku di baca, entah karena memang ini buku terjemahan atau bagaimana. 

Tapi keseluruhan tentu saja buku ini rekomendasi buat temen-temen semua. 

Penilaian bintang ⭐⭐⭐⭐ 4.3/5. 

Tidak perlu berbenah tiap hari tapi rumah selalu rapi. Menakjubkan bukan? Ternyata, itu bukan suatu hal yang mustahil. Kamu juga ingin coba metode ini? Bisa banget baca bukunya!!!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel